Jumat, 13 Februari 2015

Study tour to Bali

inilah beberapa objek wisata di bali


Pura Tanah Lot 

'Tanah Lot' adalah sebuah objek wisata di Bali, Indonesia. Di sini ada dua pura yang terletak di atas batu besar. Satu terletak di atas bongkahan batu dan satunya terletak di atas tebing mirip dengan Pura Uluwatu. Pura Tanah Lot ini merupakan bagian dari pura Dang Kahyangan. Pura Tanah Lot merupakan pura laut tempat pemujaan dewa-dewa penjaga laut.




Legenda








Menurut legenda, pura ini dibangun oleh seorang brahmana yang mengembara dari Jawa. Ia adalah Danghyang Nirartha yang berhasil menguatkan kepercayaan penduduk Bali akan ajaran Hindu dan membangun Sad Kahyangan tersebut pada abad ke-16. Pada saat itu penguasa Tanah Lot, Bendesa Beraben, iri terhadap beliau karena para pengikutnya mulai meninggalkannya dan mengikuti Danghyang Nirartha. Bendesa Beraben menyuruh Danghyang Nirartha untuk meninggalkan Tanah Lot. Ia menyanggupi dan sebelum meninggalkan Tanah Lot beliau dengan kekuatannya memindahkan Bongkahan Batu ke tengah pantai (bukan ke tengah laut) dan membangun pura di sana. Ia juga mengubah selendangnya menjadi ular penjaga pura. Ular ini masih ada sampai sekarang dan secara ilmiah ular ini termasuk jenis ular laut yang mempunyai ciri-ciri berekor pipih seperti ikan, warna hitam berbelang kuning dan mempunyai racun 3 kali lebih kuat dari ular cobra. Akhir dari legenda menyebutkan bahwa Bendesa Beraben 'akhirnya' menjadi pengikut Danghyang Nirartha.




 




Lokasi







 




Suasana di tepi pantai Tanah Lot




Obyek wisata tanah lot terletak di Desa Beraban Kecamatan Kediri Kabupaten Tabanan, sekitar 13 km barat Tabanan. Disebelah utara Pura Tanah Lot terdapat sebuah Pura yang terletak di atas tebing yang menjorok ke laut. Tebing ini menghubungkan Pura dengan daratan dan berbentuk seperti jembatan (melengkung). Tanah Lot terkenal sebagai tempat yang indah untuk melihat matahari terbenam (sunset), turis-turis biasanya ramai pada sore hari untuk melihat keindahan sunset di sini.




 




Hari Raya




Odalan atau hari raya di Pura ini diperingati setiap 210 hari sekali, sama seperti pura-pura yang lain. Jatuhnya dekat dengan perayaan Galungan dan Kuningan yaitu tepatnya pada Hari Suci Buda Cemeng Langkir. Saat itu, orang yang sembahyang akan ramai bersembahyang di Pura Ini.




Pura Tanah Lot Bali




Dibangun pada dua tempat yang berbeda. Satu terletak di atas bongkahan batu besar, dan satunya lagi terletak di atas tebing yang menjorok ke laut mirip dengan Pura Uluwatu. Tebing inilah yang menghubungkan pura dengan daratan dan bentuknya melengkung seperti jembatan.




Pura ini merupakan bagian dari Pura Dang Kahyangan di Bali, sebagai tempat memuja dewa-dewa penjaga laut. Pura ini akan kelihatan dikelilingi air laut  pada saat air laut pasang. Di bawahnya terdapat goa kecil yang didalamnya ada beberapa ular laut yang mempunyai ciri-ciri berekor pipih seperti ikan, berwarna hitam berbelang kuning. Menurut cerita ular laut tersebut adalah jelmaan dari selendang perdiri pura yaitu seorang Brahmana dari Jawa yang mengembara ke Bali. Beliau adalah Dang Yang Nirartha. Ular itu diutus sebagai ular penjaga pura ini.




Dari tempat parkir menuju pura banyak terdapat toko-toko yang menjual berbagai barang kerajinan. Misalnya patung, lukisan, kain pantai, pernak- pernik, dan aksesoris. Selain itu juga terdapat pedagang makanan dan minuman dan penyewaan kamar kecil atau toilet. Harganya pun relatif murah untuk wisatawan domestik maupun mancanegara

 




Pantai Pandawa







Bagi Anda yang sering berlibur ke Pulai Dewata, mungkin sudah bosan dengan pantai Kuta, Sanur ataupun Dreamland. Jangan khawatir, bukan Bali namanya kalau tidak bisa membuat tempat baru untuk menarik kunjungan wisatawan.




Baru-baru ini, Bali membuka pantai baru, namanya Pantai Pandawa. Terletak di desa Kutuh Kecamatan Kuta selatan , Kabupaten Badung. Berjarak kurang lebih 3 km dari kawasan Wisata Nusa dua dan dan Pura Uluwatu. Semula Pantai Pandawa dikenal sebagai Secret Beach, karena lokasinya tersembunyi di balik deretan perbukitan batu yang hanya ditumbuhi semak-belukar. Secret Beach, menurut beberapa warga Desa Kutuh, sudah lama dikenal. Sayang akses yang cukup sulit menuju lokasi, membuat pantai ini sepi pengunjung. Meskipun ada, itu pun kebanyakan para peselancar asing dan domestik yang berkunjung. Untungnya, Pemkab Badung menyadari potensi wisata yang dimiliki pantai Pandawa. Alhasil kini akses menuju kesana semakin mudah untuk dilalui kendaraan.
Lalu, apa yang ditawarkan pantai Pandawa hingga layak dikunjungi? Sejak memasuki kawasan wisata ini, mata kita akan dibuat terbelalak oleh indahnya pemandangan tebing dipapas tegak, sebagian berundak, di kanan-kiri jalan. Sekitar 1,5 km jalan menuju pantai ini dipagari tebing-tebing kapur yang menjulang tinggi.

Jalan tersebut memang sengaja dibuat dengan membelah bukit-bukit kapur yang ada di Desa Kutuh, mirip bukit kapur yang dibelah di GWK. Mendekati pantai, tebing-tebing kapur tersebut dilubangi dan diukir dengan indah. Rencananya di tebing tersebut akan ditempatkan patung tokoh Pandawa Lima dalam Kisah Mahabharata yang terdiri dari Yudhistira, Bima, Arjuna, Nakula, dan Sadewa.

Mata kita kembali dibuat terkagum saat memasuki area pantai Pandawa. Panorama begitu indah nan menawan. Pasir putih bersih dengan air laut yang hijau kebiruan, tipikal pantai-pantai di Kawasan Bukit. Suasana pantainya sepi dan tenang. Pantai ini sangat cocok untuk mandi atau berenang karena ombaknya pecah di tengah laut. Bermain pasir di Pantai Pandawa juga sangat menyenangkan, karena pasirnya sanagt lembut. Karena letaknya berada di timur, kita pun bisa menikmati sunrise yang begitu cantik di pantai ini.

Pesona Pantai Pandawa lainnya adalah aktivitas para petani rumput laut di sepanjang pantai. Selain itu bisa melihat aktivitas paralayang dan motor trail diatas bukit. Karena pantai Pandawa berada dalam satu deretan dengan Pantai Gunung Payung, Desa Kutuh, kita pun bisa bisa menikmadi  pemandangan indah Air Terjun Pantai Gunung Payung yang tumpah ke pantai.




 Sangeh




Sangeh adalah salah satu obyek wisata kera yang terkenal di Bali yang berlokasi di Desa Sangeh, Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung dan berjarak sekitar 50 km atau memakan waktu lebih kurang 45 menit dari ibukota Denpasar. Selain obyek wisata, Sangeh juga merupakan kawasan hutan lindung yang luas areanya sekitar 14 hektar dan sebagian besar ditumbuhi dengan pohon-pohon pala (dipterrocarpustrinervis) setinggi lebih kurang 50 meter serta dihuni oleh sekitar 700 hewan kera abu-abu (macaca faciculais). Untuk mengunjungi kawasan ini akan dikenakan biaya masuk sebesar Rp. 5.000,-, dan terdapat beberapa petugas pengelola lokasi atau pemandu yang berpakaian adat Bali yang siap membantu setiap pengunjung. Beberapa petunjuk untuk memasuki kawasan ini antara lain berpakaian sopan dan tertib, hati-hati dengan membawa barang-barang bawaan, dan dilarang untuk mengganggu kera. Sebelum memasuki area Sangeh, dianjurkan untuk membeli sebungkus makanan untuk kera berupa kacang atau jagung yang banyak dijual di kios-kios sekitar areal parkir.




Memasuki kawasan ini, pada candi bentar (pintu gerbang) terdapat patung besar yang berwujud ksatria raksasa, yaitu Kumbakarna yang sedang dikeroyok puluhan kera-kera. Patung ini menggambarkan kisah perwayangan Ramayana yang sangat dikenal masyarakat Bali. Di sekitar patung Kumbakarna terdapat dua patung singa, yang salah satunya terlihat sedang mengasuh seekor anak kera. Setelah memasuki pintu gerbang akan melewati jalan sepanjang lebih kurang 200 meter menuju hutan pala yang setiap sisinya dipagari dengan tembok batu-batu kali besar yang disusun tidak beraturan. Pada area hutan akan menemukan sebuah pura kecil yang disebut Pura Melanting dan pura yang lebih besar yang dinamakan Pura Pucak Sari. Pada pelataran pura ini, sering kali dipenuhi oleh kera-kera yang tengah bercanda riang. Di bagian sudut pura, terdapat beberapa patung-patung kera sebagai bagian dari arsitektur pura yang menakjubkan dan menurut ceritera masyarakat setempat, hutan dan kera-kera Sangeh merupakan duwe yaitu milik kepunyaan dewa yang melindungi tempat ini. Di penghujung jalan menuju pintu keluar yang agak memutar, terdapat sebuah pohon pala raksasa yang dikeramatkan. Pohon ini mempunyai keunikan dan dinamakan Pohon Lanang Wadon (pohon laki-perempuan). Dinamakan demikian, karena pohon pala ini berbentuk seperti kelamin pria dan wanita yang saling bersebelahan. Keajaiban pohon ini menjadikan salah satu keunikan-keunikan yang menarik di kawasan wisata Sangeh bersama tingkah laku kera-kera dan hutan lindung yang dilestarikan.




Sangeh terkenal karena ini merupakan sebuah desa di mana monyet-monyet (beruk) berkeliaran dengan bebas dan di keramatkan oleh penduduk setempat di sebuah hutan. Di tengah hutan ada pula sebuah pura yang bernama Pura Bukit Sari.Pura ini dibangun oleh Kerajaan Mengwi dan sekarang diserahkan ke penduduk setempat. Monyet di sini memiliki raja dan konon memiliki tiga wilayah kerajaan.




Menurut legenda,adanya Pura Bukit Sari di hutan ini diceritakan secara mitologis dalam Lontar Babad Mengwi. Diceritakan putri Ida Batara di Gunung Agung berkeinginan untuk disungsung di Kerajaan Mengwi. Atas kehendak beliau maka hutan pala yang ada di Gunung Agung tempat putri Ida Batara Gunung Agung bermukim pindah secara misterius pada waktu malam.




Ketika perjalanan baru sampai di Sangeh, telanjur ada penduduk yang melihat perjalanan tersebut. Hal ini konon yang menyebabkan hutan pala tersebut tidak bisa berjalan lagi menuju Mengwi dan berhenti di Desa Sangeh sekarang. Konon putra angkat Raja Mengwi yang pertama I Gusti Agung Putu yang bergelar Cokorda Sakti Blambangan menemukan bekas bangunan pelinggih.




Putra angkat Raja Mengwi tersebut bernama Anak Agung Ketut Karangasem. Atas penemuan tersebut Cokorda Sakti Blambangan memerintahkan untuk membangun kembali pura tersebut dan diberi nama Pura Bukit Sari. Yang dipuja di pura tersebut adalah Ida Batara Gunung Agung dan Batara Melanting. Pura Besakih di lereng Gunung Agung itu tergolong Pura Purusa atau sebagai jiwa dari Pulau Bali

 




 Monumen Bajra Sandi

Objek wisata Bajra Sandhi, merupakan Monumen Perjuangan Rakyat Bali dan menjadi symbol heroik rakyat melawan para penjajah, monumen ini didirikan untuk menghormati para pahlawan serta merupakan lambang persemaian pelestarian jiwa perjuangan rakyat dalam mengusir kolonial Belanda di Ibu pertiwi ini dari generasi ke generasi juga dari zaman ke zaman,  serta lambang semangat untuk mempertahankan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari 17 anak tangga beraada di pintu utama, 8 buah tiang agung di dalam gedung monumen, menjulang setinggi 45 meter. Terlihat begitu artistik, di tengah-tengah kota Denpasar, menjadikannya sebagai objek paling diminati untuk bersantai bersama keluarga oleh warga disekitarnya.




Monumen ini terletak di depan Kantor Gubernur Bali, mengekspresikan sebuah genta yang tinggi menjulang di tengah padma (seroja), lambang pertemuan lingga dan yoni yaitu sifat maskulinitas dan sifat femininitas, memili arti agar melahirkan kesuburan serta kemakmuran, sehingga tercipta kesejahteraan umat. Bangunan ini menerapkan konsepsi Tri Mandala. Perjalanan dari bandara butuh sekitar 30 menit berkendaraan bermotor, lokasinya memang tidak begitu jauh serta mudah diakses. Tiba di lokasi, saat memasuki bangunan, anda bisa naik ke puncak candi melihat keindahan sekeliling taman kota, bangunan ini berada di lapangan Puputan Renon.







 




 




Bangunan gedung monumen pada Utama Mandala tersusun menjadi 3 lantai :




  • Utamaning Utama Mandala adalah lantai 3, berposisi paling atas berfungsi sebagai ruang ketenangan, tempat hening-hening menikmati suasana kejauhan disekeliling monumen.

  • Madyaning Utama Mandala adalah lantai 2 berfungsi sebagai tempat diaroma, berjumlah 33 unit. Lantai 2 (dua) ini sebagai tempat pajangan miniatur perjuangan rakyat Bali dari masa ke masa. Di bagian luar sekeliling ruangan ini terdapat serambi atau teras terbuka untuk menikmati suasana sekeliling.

  • Nistaning Utama Mandala adalah lantai dasar Gedung Monumen, terdapat ruang informasi, ruang keperpustakaan, ruang pameran, ruang pertemuan, ruang administrasi, gedung, toilet. Ditengah-tengah ruangan terdapat telaga yang diberi nama sebagai Puser Tasik, delapan tiang agung, juga tangga naik berbentuk tapak dara.




Pada bangunan monumen terlihat:




  • Guci Amertha, disimbulkan dengan kumba (semacam periuk) terlihat di bagian atas monument

  • Ekor Naga Basuki terwujud dekat Swamba & kepalanya pada Kori Agung

  • Badan Bedawang Akupa diwujudkan pada landasan monumen, kepalanya pada Kori Agung.

  • Gunung Mendara Giri diwujudkan dengan monumen menjulang tinggi.

  • Kolam mengelilingi monumen, diibaratkan sebagai Ksirarnawa (lautan susu).






1 komentar: